seperti yang dilansir ngobrol aja , ( Berikut anggota parlemen di luar negeri yang ‘dihukum’ warga karena kemalasannya melakukan fungsi-fungsi legislasi dari bergai sumber:
1. Paul Ryan
Paul Ryan merupakan anggota parlemen AS dari distrik Wisconsin dari Partai Republik hanya menghadiri sidang paripurna untuk mengesahkan UU 2 kali selama dirinya 13 tahun menjadi anggota parlemen.
Demikian diungkapkan oleh media Huffington Post, 12 Agustus 2012. Dua UU yang diloloskan Ryan adalah UU yang menyangkut tentang kantor pos pada tahun 2000 dan UU pajak berburu dengan panah pada 2008.
Baik Ryan dan juru bicaranya Kevin Seifert tidak merespons ketika dikonfirmasi Huffington Post. Sepak terjangnya disorot karena kini, Ryan menjadi cawapres dari capres Partai Republik, Mitt Romney.
2. Stuart Bell
Sir Stuart Bell adalah anggota parlemen Inggris dari Partai Buruh yang mewakili suara Middlesborough. Bell sudah menjadi anggota parlemen sejak tahun 1983 dan terpilih terus hingga 2010 hingga kini.
Pada Februari 2011, Bell terungkap sudah tidak lagi menghadiri sidang-sidang legislasi selama 14 tahun, sejak tahun 1997. Pada September 2011 media Evening Gazette mencoba menginvestigasi mengenai perilaku Bell.
Media itu mengungkapkan, tidak seperti anggota parlemen lainnya yang membuka kantornya, siap sedia menemui dan menerima aspirasi warga, bisa dengan mudah dihubungi via telepon, email dan sebagainya, Bell sulit dijangkau warga. Media itu melakukan komparasi dengan 4 anggota parlemen lainnya yang bila dihubungi via telepon selalu mengangkat, melalu email selalu dibalas, paling tidak oleh staf.
Lain halnya dengan Bell. Media itu menghubungi sekitar 100 kali panggilan telepon dari HP maupun dari sambungan telepon kabel selama 2 bulan, dan tetap tidak ada respons dari Bell. Evening Gazette juga mengirimkan email untuk wawancara dan konfirmasi kepada Bell, namun tak pernah ada balasan.
Tak ketinggalan pula media itu menghitung dan membandingkan debat-debat para wakil rakyat di sidang legislasi. Hasilnya, Bell paling sedikit berdebat dan menyuarakan aspirasi. Di satu sisi, Bell mempekerjakan istrinya sendiri untuk menjadi manajer kantornya dengan gaji yang dibayar pajak rakyat sebesar 35 ribu Pound per tahun alias Rp 532 juta.
Nah sikap Bell yang tidak terbuka ini mengundang kritik dari konstituennya karena dianggap tidak kapabel. Para konstituen Bell mengeluhkan bahwa dia tidak pernah menemui warga dan tidak bisa menyampaikan keluhan pada Bell bisa sedang membutuhkan pertolongan.
Atas investigasi dari Evening Gazette, Bell berkilah dirinya tidak satu pun menerima panggilan telepon. Bell juga ngeles dia hanya mau menemui warga dan konstituennya harus ada perjanjian bertemu terlebih dahulu. Tentang mengapa Bell tidak pernah hadir dalam sidang-sidang legislasi, Bell mengaku demi keamanannya karena dia dulu pernah diserang oleh orang tak dikenal.
Bell malah menuding balik Evening Gazette menulis artikel ini untuk menjatuhkan dirinya dan supaya dirinya di-recall. Hal ini pun dibantah oleh media itu, bahwa tak ada motif politik, semata-mata hanya mendengar keluhan warga yang sulit menghubunginya.
3. Count Carl-Eduard von Bismarck
Count Carl-Eduard von Bismarck merupakan cicit dari kanselir Jerman, Otto von Bismarck. Eduard mendapatkan predikat ‘Anggota Parlemen Jerman Termalas’ dari tabloid Bild pada tahun 2007, demikian dilansir dari Der Spiegel pada Juli 2010 lalu.
Bagaimana tidak, Eduard yang terpilih menjadi anggota parlemen dari Partai Kristen Demokrat sejak 2005 dari Distrik Lauenburg ini jarang hadir di sidang-sidang legislasi. Dari 27 sidang legislasi selama tahun 2005, Eduard hanya hadir separuhnya, 14 sidang. Eduard hanya memberikan votingnya dalam sidang legislasi itu 2 kali.
Eduard juga dinilai gagal dalam tugas-tugasnya di subkomisi parlemen dan tidak pernah menghadiri pertemuan politik di distriknya. Eduard dikabarkan lebih memilih hadir di perayaan ultah anaknya di New York ketimbang menghadiri pertemuan politik partainya tiap hari Minggu.
Biarpun sering absen dalam sidang-sidang legislasi, Eduard masih menerima gaji 10 ribu Euro per bulan atau sekitar Rp 120 juta.
Atas gelar termalas dari Bild, Eduard mengkonfirmasi bahwa dirinya sering absen karena sedang menjalani fisioterapi pada punggung belakangnya yang trauma pasca kecelakaan yang pernah dialaminya. Mengenai lebih mementingkan keluarga, Eduard tidak menyangkalnya.
“Saya senang merayakan ultah pertama anak saya dengan istri dan teman. Sebagai pria berusia 46 tahun yang cinta akan keluarga, kesehatan saya dan anak saya sangat berarti banyak untuk saya,” kata Eduard.
Kiprahnya ini membuat partai dan konstituennya gerah dan terus meluncurkan kritikan pada Eduard. Karena tekanan itu, Eduard mengundurkan diri pada pertengahan Desember 2007. Jika Eduard mundur pada Januari 2008, di mana masa jabatan anggota parlemen habis, maka dirinya makin menuai kritik karena bisa mendapatkan pensiun.
4. Ann Keen
Ann Keen merupakan anggota parlemen Inggris dari Partai Buruh yang mewakili Brentford dan Isleword. Dia duduk di kursi parlemen selama tahun 1997 sampai 2010.
Keen dituntut konstituennya, seorang veteran Perang Dunia II, John Taylor, karena dinilai ‘malas’ membantunya mendapatkan kompensasi yang layak dari pemerintah. Taylor juga meminta bantuan keadilan untuk membersihkan namanya atas kasus salah tangkap pada dirinya karena 3 orang pencuri menaruh barang curian di rumahnya saat dia sedang tidur.
Tak ada perkembangan apapun, Keen lantas dituntut Taylor karena dinilai tidak becus menjadi wakilnya. Taylor menuntut Keen di pengadilan dan menuntut ganti rugi sekitar 15 ribu Pounds atau sekitar Rp 152 juta.
Namun gugatan ini mental karena hakim menilai tidak ada kewajiban hukum bagi Keen atas apa yang terjadi pada Taylor. Keen pun menegaskan, sebagian kasus konstituen yang diselesaikannya berhasil.
“Sebagai anggota parlemen, saya mengurusi banyak masalah dari banyak konstituen. Dan sebagian besar di antaranya berhasil. Sayangnya, beberapa kasus tidak berhasil, kasus Taylor ini salah satunya. Walaupun saya sudah berusaha sekuat tenaga selama 10 tahun sejak 1997 membantunya,” tutur Keen.
Sebenarnya Keen tidak malas-malas amat. Dia cukup vokal membela hak-hak kaum gay dan lesbian. Juga cukup aktif dalam advokasi di bidang kesehatan.
Post a Comment